January 24, 2009
Gong Xi Fa Cai
Semoga kesuksesan menyertai sepanjang tahun.
Tahun kerbau akan dimulai hari Senin, tanggal 26 Januari 2009.
Tahun baru Cina sudah menjadi hari linur nasional di Indonesia sejak tahun 2003.
Orang Indonesia biasa menyebutnya sebagai 'IMLEK'.
'Imlek' berasal dari dialek Hokkian, yang bearti kalender bulan atau 'yinli' dalam bahasa Mandarin.
Perayaan Imlek biasanya dikaitkan dengan 'Angpao' [Hokkian] atau 'HongBao'[Mandarin], yang arti harfiahnya amplop merah ['hong'= merah, 'bao'= amplop].
'Angpao' ini berisi uang yang biasanya dibagikan ke anak-anak...
Anak-anak senang sekali dengan 'angpao'...
Kita pun juga senang dengan angpau kaaan?
Ucapan untuk perayaan tahun baru Imlek:
'Xin Nian Kuai Le' = Selamat Tahun Baru
'Chun Jie Kuai Le' = Selamat Tahun Baru Imlek
'Gong Xi Fa Cai' = Semoga Banyak Rezeki
Wan Shi Ru Yi = Semoga Sukses Segala Urusan
dan jangan lupa satu kaliamat penutup 'ajaib'nya...
'hong bao na lai'... yang artinya angpao nya manaaaa....
Selamat Tahun Baru Imlek!
March 21, 2008
4 Istri
Kisah ini tentang seorang raja kaya raya yang memiliki 4 orang istri
Sang raja mencintai istri keempatnya dengan busana dan jubah yang indah dan mahal dan juga menjamunya dengan hidangan terlezat. Raja selalu memberinya segala sesuatu yang terbaik.
Raja juga sangat mencintai istri ketiganya dan selalu memamerkannya ke kerajaan tetangga. Namun, raja takut jikalau suatu hari sang istri ini meninggalkannya demi raja yang lain.
Raja juga mencintai istri kedua. Istri kedua ini adalah sahabat karib raja yang selalu baik hati, penuh perhatian dan sangat sabar terhadap raja.
Setiap saat raja menghadapi masalah, dia bergantung pada istri kedua yang akan menolongnya melalui masa-masa sulit.
Istri pertama sang raja adalah rekan yang sangat setia dan memiliki andil besar dalam menjaga kekayaan dan kerajaannya. Namun, raja tidak mencintai istri pertama. Walaupun si istri mencintainya sepenuh hati, raja hampir tidak pernah mempedulikannya.
Suatu hari, raja jatuh sakit dan menyadari bahwa waktunya sudah tak lama lagi. Dia membayangkan kemewahan hidupnya kini dan berpikir, "saat ini aku memiliki 4 istri, tapi jika aku mati, aku akan sendirian"
Lalu, ia bertanya pada istri keempat, "Kau adalah yang paling kucintai. Aku selalu memberimu busana terbaik dan selalu melimpahkan penuh perhatian padamu. Sekarang aku akan mati. Akankah kau mengikuti dan tetap menemaniku?"
"Tidak mungkin!", jawab istri kempat dan langsung beranjak pergi tanpa berkata sepatah kata pun.
Jawaban ini laiknya pisau tajam yang menghunus hati sang raja.
Raja yang sedih kemudian bertanya pada istri ketiga, "Aku mencintaimu sepanjang hidupku. Sekarang aku akan mati. Akankah kau mengikuti dan tetap menemaniku?"
"Tidak!", jawab istri ketiga. "Hidup ini terlalu indah! Jika kau meninggal, aku akan menikah lagi!"Hati sang raja bertambah kelam dan semakin dingin.
Raja lalu bertanya pada istri kedua, "Aku selalu bergantung padamu dan kau selalu ada untuk membantuku. Jika aku mati, akankah kau mengikuti dan tetap menemaniku?"
"Maaf, aku tidak bisa membantumu kali ini!", jawab istri kedua. "Aku hanya akan menemani sampai ke makammu." Jawaban ini sangat memukul sang raja, dan sang raja pun merasa hancur berkeping-keping.Kemudian sebuah suara terdengar: "Aku akan pergi denganmu. Aku akan mengikutimu kemanapun kau pergi."
Sang raja menoleh, dan ternyata istri pertama yang berbicara. Dia nampak sangat kurus karena kurang makan dan terabaikan.
Dengan dukacita mendalam, sang raja menjawab lirih, "Aku harusnya lebih memperhatikanmu saat aku punya kesempatan!"
Sebenarnya, kita semua memiliki 4 istri dalam hidup ini:
Istri keempat adalah badan kita. Tidak peduli sebanyak apa waktu dan usaha kita untuk membuatnya nampak bagus, raga akan meninggalkan kita saat kita mati.
Istri ketiga adalah harta benda, status, dan kemakmuran. Saat kita mati, semuanya akan berpindah ke orang lain.
Istri kedua adalah keluarga dan teman. Tidak peduli mereka selalu ada untuk membantu kita, terjauh mereka bisa menemani hanya sampai kita dimakamkan.
Dan istri pertama adalah jiwa atau iman kita. Sering terabaikan demi mengejar kemakmuran, kekuasaan dan kesenangan dunia. Namun, iman atau roh kita adalah satu-satunya yang akan mengikuti kemanapun kita pergi.
Pupuk, perkuat dan hargailah ia sekarang, karena dialah bagian dari kita yang akan mengikuti kita menghadap Gusti Allah Sang Maha Kuasa dan menemani kita di dunia keabadian.
Renungan hari ini:
Ingatlah, saat dunia membebanimu dan mendorongmu sampai ke lutut, kau dalam posisi sempurna untuk berdoa.
Bahagia tidak berarti segala sesuatunya sempurna.
Itu berati kau memutuskan untuk melihat di balik ketidaksempurnaan.
- Terimakasih untuk Rokhita yang telah berbagi cerita ini-February 15, 2008
Galakkan Lokalisasi
Galakkan lokalisasi! Oops... Jika hal ini diucapkan ke orang Indonesia, mereka akan tersenyum atau bahkan tertawa sambil menatap dengan aneh. Mengapa? Karena localisation dalam bahasa Indonesia adalah lokalisasi yang identik dengan prostitusi.
Tapi yang ingin saya bahas adalah ide lokalisasi terkait dengan isu pemanasan global atau global warming, salah satu masalah terbesar planet Bumi kita. Lokalisasi disini adalah kebalikan dari globalisasi. Janek (2007) menyebut pergeseran paradigma untuk kembali ke lokalisasi dalam perdagangan dunia sebagai 'Carbalisation'.
Lokalisasi adalah membeli barang-barang dari area lokal kita. Belanja dari area terdekat berarti memperpendek jarak pengiriman barang. Semakin jauh jarak tempuh suatu produk untuk mencapai konsumsi akhir, semakin banyak karbondioksida yang dihasilkan dari aktivitas transportasi. Maka lokalisasi membantu mengurangi emisi karbondioksida dari aktivitas pengiriman barang di dunia.
Contoh detail tentang masalah ini dapat dibaca di artikel menarik oleh Perkin (2007), ’A Drink that might just Cost You the Earth‘. Air dalam kemasan botol yang diimpor, ternyata berdampak signifikan pada pemanasan global.
Pikirkan sejenak tentang efek dari produk yang kita beli terhadap Bumi kita.
Belanja bertanggung jawab akan turut mendukung kelangsungan hidup planet kita.
Ref:
Perkins, M. (2007), “A drink that might just cost you the earth“, Sunday Age, News, April 8, 5.
Ratnatunga, J. (2007), “An Inconvenient Truth about Accounting“, Journal of Applied Management Accounting Research, Vol. 5, No. 1, pp. 1-20.